Islam adalah agama yang sempurna di mata Allah SWT. Dengan
ajaran-ajaran yang ada Islam identik dengan berbusana muslim. Pada zaman dahulu
Islam berawal dari kebodohan masyarakat yang masih awam tentang ilmu dan agama
banyak dari mereka menyembah barhala, matahari bahkan pohon, da pula yang tidak
percaya akan adanya Tuhan. Baginya hidup adalah bernafas tanpa harus menyembah
apapun. Namun setelah Nabi Muhhammad lahir, kedatangannya di Dunia ini adalah
cahaya terang bagi umat mekkah dan madinah pada saat itu. Penyebaran Islam
dimulai saat beliau mendapatkan wahyu. Sayangnya, islam sekarang tak semurni
islam pada masa nabi. Banyak para remaja mengikuti alur budaya barat tanpa
memikirkan resiko yang akan dia tanggung di akhirat nantinya.
Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
yakni iqra’ yang berarti bacalah. Ayat tersebut menyebutkan bahwa
islam telah menganjurkan, mengajarkan kepada umatnya untuk membaca. Membaca dari
apa? Membaca dari ilmu yang telah disebarkan Allah didunia ini dengan belajar. Belajar
dengan berbagai cara. Karena dalam islam pun berpedoman “tholabul-ilmi
faridhotun ‘ala kulli muslim” yang artinya belajar adalah kewajiabn bagi setian
muslim.
Berhubungan dengan semua itu, sesungguhnya Allah telah
menciptakan manusia untuk berfikir. Dan Allah telah menciptakan wanita
dibelahan dunia ini untuk menyeimbangkan kaum laki-laki. Wanita adalah tiang
agama. Begitu kata banyak orang dahulu. Tapi sekarang, wanita dianggap rendah
karena beberapa hal yang membuat kedudukan wanita ini lemah. Padahal Allah
telah menciptakan wanita lebih lembut dari laki-laki, ia akan lebih peka dalam
perasaan, ia tak pernah merasa lelah meski seluruh tubuhnya berkeringat dan
merasa sudah tidak bertenaga. Kasih sayangnya tulus kepada siapapun,
kepribadiannya yang lembut, tegas dan feminim adalah inner beauty yang mutlak
ada dalam sifat wanita.
RA Kartini, adalah salah satu wanita yang mengangkat
kedudukan wanita pada abad ke-19 yang pada saat itu memiliki status sosial yang
sangat rendah. Beliau ingin kaum wanita mempunyai hak yang sma dengan
laki-laki, yaitu belajar. kenginannya untuk mendirikan sekolah bagi wanita telah
dikabulkan. Sekolah itu berdiri di serambi timur
dari kompleks Kantor Bupati Rembang. keluarga Van Deventer pun turut mendukung semangat dan
inspirasi Kartini dengan mendirikan Yayasan RA Kartini, dan membangun
sekolah-sekolah untuk kaum perempuan, antara lain 'Sekolah Kartini' di Semarang
pada tahun 1912. Selanjutnya sekolah-seklah perempuan itu berdiri di Surabaya,
Jogjakarta. Malang, Madiun, Cirebon dll.
Kepeduliannya terhadap wanita sangat mengangkat derajat
wanita. Agar wanita mendapat pendidikan yang layak, moral akhlak yang karimah
dan peduli sesama umat. RA Kartini adalah seorang muslimah sejati. Selain sebagai
wanita yang mempunyai tingkat kepedulian yang tinggi, beliau sangat kuat
menjalankan ibadahnya. Saya tidak menemukan berita bahwa RA Kartini pernah atau
selalu memakai hijab dalam aktifitasnya sehari-hari. tapi cintanya kepada islam
sangatlah kuat. Cintanya pada Islam menjadi fondasinya untuk memperjuangkan
wanita. Cintanya pada islam meyakinkan semua orang bahwa RA Kartini adalah
putri Indonesia, yang harum namanya, berani, dan besar cita-citanya. Seperti lagu
dibawah ini :
Ibu kita Kartini Putri sejati
Putri Indonesia, Harum namanya.
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa. Pendekar kaumnya
Untuk merdeka.
Wahai ibu kita Kartini, Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar
bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;
Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.
Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.
Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?
Dan dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis;
Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.
Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis;
"Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah."
Subhanallah…
Kartini, aku bangga padamu..
Be the next Kartini then...:)
BalasHapusahaaa??
BalasHapusI never aspire to be kartini. I'm not sure I can be like that. because I'm still many shortcomings